Rina Sa'adah : Penanganan Karhutla Perlu Dilakukan Secara Terpadu

30-07-2025 / KOMISI IV
Anggota Komisi IV DPR RI Rina Sa’adah. Foto : Dok/Andri

PARLEMENTARIA, Jakarta - Kejadian kebakaran hutan belakangan ini semakin marak dan meluas di berbagai wilayah Indonesia. Menyoroti hal tersebut, anggota Komisi IV DPR RI Rina Sa’adah meminta pemerintah melakukan penanganan terpadu untuk meminimalkan potensi kerugian materiil maupun immateril.

 

"Penanganan karhutla perlu dilakukan secara terpadu, mulai dari pemantauan titik api, pencegahan, penanganan hingga penegakan hukum. Selain itu, penanganan kesehatan bagi masyarakat yang terdampak juga sangat penting," ujar Rina dalam rilisnya yang dikutip Parlementaria, di Jakarta, Rabu (30/7/2025).

 

Rina mengungkapkan berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa Agustus 2025 merupakan puncak musim kemarau. Disebutkan bahwa dari analisis curah hujan 10 hari terakhir, sebagian besar wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan mengalami minimnya hujan.

 

“Situasi ini mempunyai potensi tinggi terjadinya Karhutla. Bahkan berdasarkan peta Fire Danger Rating System (FDRS) menunjukkan zona merah yang mengindikasikan bahaya sangat tinggi, bahkan bisa terjadi tanpa sumber api dari manusia. Ini yang harus diantisipasi bersama,” kata Politisi Fraksi PKB ini.

 

Situasi ini, kata Rina, membutuhkan kolaborasi bersama antar kementerian/lembaga. Menurutnya meskipun Kementerian Kehutanan adalah otoritas utama dalam sektor kehutanan, mereka tidak dapat menangani karhutla sendiri. 

 

Oleh karena itu, dia mengapresiasi langkah Menteri Kehutanan yang telah berkoordinasi dengan BMKG, BNPB, Pemerintah Daerah, serta berbagai elemen masyarakat lainnya. 
"Koordinasi dan kolaborasi harus diperluas, melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder)," ujarnya.

 

Rina menambahkan, pada Ditjen Penegakan Hukum di Kementerian Kehutanan telah tersedia alokasi anggaran untuk Prasarana dan Sarana serta Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan Kebakaran Hutan tahun 2025. 

 

“Sebaiknya anggaran ini dimanfaatkan dengan maksimal untuk menghadapi karhutla," tambahnya.

 

Rina juga mengingatkan, dalam pengajuan RKA 2026, Kementerian Kehutanan telah menargetkan penurunan luas kebakaran hutan sebesar 3 persen dibandingkan tahun 2023. "Saya berharap pencegahan dan penanganan karhutla tahun ini dapat berjalan baik melalui koordinasi dan kolaborasi lintas sektor," ujarnya.

 

Penanganan karhutla, selain dilakukan di darat, juga melibatkan operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dan helikopter water bombing. Selain itu, pasukan Manggala Agni, aparat TNI, Kepolisian, dan masyarakat turut berperan aktif.

 

Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia dinilai mampu mengelola secara baik Karhutla sehingga tidak sampai memicu kerugian besar baik di dalam maupun di luar negeri. Hingga pertengahan tahun ini, BNPB mencatat telah terjadi 278 kasus karhutla secara nasional. (hal/rdn)

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...